Menerapkan Prinsip Tabayyun dalam Bermedia

9 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Melindungi Kesehatan Mata di Era Digital: Tantangan dan Strategi Adaptif
Iklan

Di era digital, informasi cepat menyebar tanpa verifikasi. Sikap tabayyun penting agar tak terjebak hoaks dan menjaga harmoni sosial.

***

Di era digital saat ini, informasi dapat menyebar dengan sangat cepat bahkan lebih cepat dari proses manusia berpikir kebenarannya. Satu postingan di media sosial bisa tersebar ke ribuan orang bahkan daerah terpencil sekaligus dalam hitungan detik. Fenomena tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu masyarakat semakin mudah untuk mengakses pengetahuan dan informasi. Namun kekurangannya yaitu muncul berbagai masalah seperti penyebaran informasi palsu atau hoax, ujaran kebencian, dan fitnah yang bisa merusak kepercayaan masyarakat. 

Dalam fenomena seperti ini, sikap tabayyun atau mencari kebenaran informasi sangat penting. Prinsip ini sudah diajarkan dalam Islam sejak lama, Jauh sebelum teknologi digital muncul. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Hujurat [49]:6

artinya : “ Hai orang-orang beriman, Jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun), agar kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” 

Ayat ini menegaskan untuk bersikap hati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi. Ayat ini juga menekankan bahwa sebelum membagikan berita, seseorang harus memastikan apakah informasi tersebut benar atau tidak agar tidak merugikan bagi orang lain. Sikap tabayyun sangat penting di era digital saat ini, di mana informasi bisa menyebar dengan cepat tanpa ada penjernihan yang cukup. Banyak orang terburu-buru membagikan berita yang mereka dapatkan tanpa memverifikasi kebenarannya sehingga memperparah penyebaran berita palsu dan menyesatkan.

Komunikasi profetik dan relevansinya di era digital

Komunikasi profetik merupakan komunikasi yang berlandaskan pada nilai-nilai kenabian. Komunikasi profetik memiliki tiga nilai utama yaitu (humanisasi) memanusiakan manusia, (liberasi) membebaskan, (transendensi) selalu berorientasi pada Tuhan. Dalam konteks media dan teknologi 3 poin di atas dapat menciptakan komunikasi yang sehat dan bermartabat.

Humanisasi adalah upaya mengembalikan sesuatu pada wujud aslinya. Contoh dari humanisasi: menghargai, menghormati, adil serta beradab. Liberasi adalah usaha untuk melepaskan manusia dari struktur sosial yang tidak adil dan tidak peduli pada nasib orang lemah. Contoh dari Liberasi: membebaskan manusia dari penindasan, ketidakadilan dan informasi yang membebaskan. Istilah transendensi berasal dari bahasa latin “transcendere” yang artinya naik. Secara sederhana, transendensi adalah proses bergerak di atas atau di luar batasan kehidupan manusia. Contoh transendensi: Kesadaran bahwa setiap tindakan manusia berpijak pada nilai ketuhanan.

Dengan memahami tiga poin di atas, seorang muslim bisa menggunakan media sosial bukan hanya sebagai alat untuk mengekspresikan diri, tetapi juga sebagai sarana untuk berdakwah dan menyebarkan kebaikan. Komunikasi sebagaimana ajaran Nabi mengajarkan bahwa menjadi pengguna media yang bijak berarti menjaga kejujuran diri sendiri, menghormati orang lain, dan berkontribusi positif dalam dunia maya. 

Tabayyun sebagai etika komunikasi profetik

Tabayyun bukan hanya tentang berhati-hati, melainkan juga merupakan bagian dari ibadah sosial. Dengan melakukan tabayyun seseorang tidak hanya menghindari dosa karena menyebarkan berita palsu, tetapi juga turut serta menjaga ketertiban sosial dan keharmonisan di antara manusia. Dalam konteks komunikasi yang berasal dari nabi, tabayyun adalah cara nyata untuk menerapkan prinsip Amar ma'ruf nahi mungkar. Kebiasaan tersebut membantu seseorang untuk berpikir secara kritis serta tidak mudah terpengaruhi oleh provokasi dan selalu memprioritaskan kebenaran. Di era digital tabayun bisa dilakukan dengan cara-cara yang sederhana seperti berikut:

Berprasangka baik, maksudnya adalah melakukan pemeriksaan dan pengecekan ulang Dengan memahami riwayat orang yang disebut melakukan sesuatu, tanpa terburu-buru menyebarkan informasi yang didapat. Dengan mengetahui informasi riwayat orang tersebut, maka kesimpulan bisa diambil secara objektif dengan menerapkan prasangka positif. Seperti yang dijelaskan dalam QS. AL- Nur ayat 12 yang artinya “ Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak berprasangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: ini adalah suatu berita bohong yang nyata. (Q.S Al-Nur:12).

Bekerja sama dalam melakukan kebaikan adalah perintah Allah yang terdapat dalam Alquran. Penyebaran berita palsu dalam beberapa kasus membutuhkan klarifikasi yang resmi. Dalam konteks ini, setiap orang di masyarakat dapat ikut serta dalam memperjelas Informasi yang tidak benar adanya. Sebagaimana Allah menjelaskan dalam surah Al-Maidah ayat 2 yang artinya : “ dan Tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS. AL- Maidah: 2)

Informasi yang belum jelas faktanya tidak boleh disebarkan terlebih dahulu. Karena semua yang didengar dilihat atau dilakukan manusia akan ada pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT. Seperti yang sudah dijelaskan dalam QS. Al Isra ayat 36 yang artinya “ dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.”

Kesimpulan 

Di zaman digital yang cepat berubah, sikap tabayyun bukan hanya ajaran agama tapi kebutuhan dalam hidup bersama. Informasi datang terus-menerus tanpa disaring dan Kadang sulit membedakan mana yang benar dan mana yang berita palsu. Disini, tabayun memiliki peranan penting yaitu menentukan apakah kita akan membantu menyebarkan kebaikan atau justru memperburuk situasi dengan ikut menyebarkan berita yang belum pasti.

Jika setiap orang menerapkan tabayyun dan prinsip komunikasi seperti yang diajarkan oleh Rasulullah, masyarakat akan lebih tenang dan saling hormat. Kita belajar untuk berpikir sebelum berbagi, menjaga perasaan orang lain dan ikut menjaga harmoni sosial. Jadi, sebelum menekan tombol bagikan pastikan dulu kebenarannya karena faktanya adalah bagian dari ibadah dan bermedia secara bijak adalah bagian dari akhlak.

 

Daftar Pustaka

 

Al-Qur’an. (n.d.). Surah Al-Hujurat [49]:6

Al-Qur’an. (n.d.). Surah Al-Hujurat [49]:6.

 Al-Qur’an. (n.d.). Surah Al-Maidah[49]:6.

Bahana, M. H. A. (2023). Penggunaan Media Sosial Dalam Perspektif Tafsir Al-Misbah Berdasarkan QS. An-Nahl [16]: 90 Dan Qs. Al-Hujurat [49]: 6 Sebagai Etika Berkomunikasi Dan Berinteraksi Di Era Digitalisasi. Mahad Aly Journal Of Islamic Studies, 2(1), 21-32.

Jamaluddin, H., Aguswandi, A., & Syahrul, S. (2020). Komunikasi Profetik Islam (Nilai dan Etika Komunikasi Persfektif Islam). AUJPSI: Al-Ubudiyah Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, 1(2), 39-43.

 Ridho, A. R. (2021). Peran Komunikasi Profetik Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani Perspektif Al-Qur’an. el-Umdah, 4(2), 139-158.

Syaifullah, A. (2022). Habituasi Tabayyun Dalam Upaya Menangkal Penyebaran Informasi Hoax.AN-NABA: Islamic Communication Journal, 1(1), 1-11

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

 

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Apriyani Dewi

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler